Dunia Pasca COVID-19

  • by

permata.or.id Dunia Pasca Covid-19

Dunia saat ini sedang luluh lantah lantaran Pandemik COVID-19 yang tidak hanya  menyerang kesehatan, tapi juga menyerang secara implisit sektor ekonomi dan industri.  Keputusan masyarakat dan pemerintah dalam masa-masa krisis ini mungkin akan merubah  wajah dunia setelahnya. Badai ini tentu akan berlalu, tapi dampak setelah badailah yang harus  kita perhatikan juga. Maka, semua elemen masyarakat perlu memikirkan apa dampak atas hal  yang akan mereka lakukan.  

Pengaruh COVID-19 terhadap perpolitikan dunia 

Semua negara benar-benar sedang kewalahan karena perang melawan pandemik ini. Mereka mengatasinya dengan berbagai macam cara, ada negara yang menerapkan lockdown, ada yang menggunakan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), ada juga negara  yang tak acuh sehingga mengakibatkan negaranya mengalami lonjakan kasus yang besar  seperti Negara Brazil.1 Politik dunia menjadi perhatian setelah mendengar pernyataan dari Presiden  Amerika Donald J. Trump, ia secara implisit menyalahkan Tiongkok karena outbreak pertama  kali terjadi di Tiongkok. Hal ini memperparah Cold War yang terjadi antara Tiongkok dan  Amerika. Trump menyebut virus penyebab COVID-19 ini dalam beberapa pidatonya sebagai  “China Virus2. Jika melihat hal ini kemungkinan besar konflik yang terjadi antara Tiongkok  dan Amerika akan semakin memanas pasca-pandemik ini.

Pengaruh COVID-19 terhadap perekonomian dunia 

Pemerintah memerlukan modal yang besar untuk menjalankan kebijakan lockdown ini karena rakyat yang miskin perlu disubsidi kebutuhan pokoknya. Berhutang menjadi hal  yang tak terelakan bagi semua negara yang terkena dampak pandemik, bahkan amerika  mengeluarkan kebijakan defisit sampai 15% dan bahkan mungkin akan meningkat jika keadaan belum juga membaik.3 Hal ini dapat mengakibatkan penumpukan hutang sehingga sangat  mungkin menimbulkan masalah untuk generasi pasca pandemik. 

Banyak masalah yang seharusnya didiskusikan dengan panjang lebar tapi  kebijakannya diambil dalam waktu singkat. Banyak metode-metode yang belum diuji tapi  langsung diterapkan seperti, bagaimana jika kegiatan sekolah full dari rumah? Begitu juga  dengan kegiatan perkuliahan apakah akan efektif? Apa yang terjadi jika pekerjaan kantoran  dikerjakan full dari rumah? Ini jadi semacam pengumpulan data eksperimen dalam masa-masa  kritis. 

Menilik opini Yuval Noah Harari tentang dunia setelah coronavirus 

Menurut Yuval Noah Harari, dunia saat ini dihadapkan untuk memilih 2 jawaban di  antara 2 pilihan, pilihan pertama menjadi warga yang diawasi total atau menjadi warga yang  bebas. Pilihan kedua menjadi nasionalis akut atau menjadi warga dengan solidaritas global.4 

Ada cara untuk melakukan pencegahan penyebaran coronavirus ini, yaitu dengan  memonitor orang-orang seperti yang dilakukan di Tiongkok. Mereka menggunakan  smartphone kamu untuk memindai wajah orang-orang disekitar kamu, pemerintah akan tahu  dimana kamu berada, dengan siapa kamu berpapasan, serta apa saja yang kamu lakukan. Ada  juga yang menggunakan gelang biometrik, jika kamu memakai gelang ini, pemerintah bisa tahu  bagaimana suhu tubuh, tekanan darah, dan detak jantung kamu. 

Ini tentu saja sangat efektif untuk memotong penyebaran virus, data biometik ini  bisa digunakan untuk mengawasi kesehatan tubuh kita, apa yang dibutuhkan tubuh kita, kita  bahkan bisa tahu suatu penyakit yang sedang tumbuh di tubuh kita sebelum dokter memberi  tahunya. Tapi bukannya mustahil jika pembuat alat menyimpan program lain seperti pemindai  emosi. 

Pemerintah bisa tahu ketika kamu melihat peristiwa ini kamu akan senang, ketika  melihat video ini kamu akan marah atau sedih, ketika mendengar seseorang berbicara kamu  marah atau terinspirasi. Data biometrik ini bisa diolah dengan algoritma tertentu sehingga kamu dengan mudah untuk dimanipulasi agar membeli barang atau digiring untuk memilih calon  politik tertentu. Pastinya teknologi ini bisa sangat membantu jika tidak disalah gunakan. Jika kepemilikannya berada di tangan yang salah, mungkin rezim yang siap mengawasi rakyatnya  akan muncul.  

Pada pilihan kedua, dunia dihadapkan dengan pilihan untuk menjadi nasionalis akut  atau menjadi warga dengan solidaritas global. Dari dulu sampai sekarang, negara-negara di  dunia cenderung berkubu dan bisa terbuka hanya dengan beberapa rekan negaranya saja. Tapi  akhir-akhir ini lebih parah lagi, Amerika yang dulunya maju sebagai pemimpin dan penyelamat 

dunia, sekarang malah memainkan permainan lempar tangkap kesalahan dengan Tiongkok. US juga tidak menerima kunjungan dari Eropa yang mana merupakan sahabatnya sendiri. Hal ini  mengindikasikan kepercayaan Amerika terhadap negara lain telah terkikis. 

Bahkan Amerika pun diskandalkan dengan sebuah Perusahaan Farmasi Jerman  dengan menawarkan 1 miliar dolar Amerika untuk membeli vaksin dari perusahaan tersebut untuk memonopoli perdagangan vaksin di dunia. Amerika yang saat ini sepertinya tidak berniat  untuk memperjuangkan kemanusiaan dunia lagi, melainkan hanya memikirkan negaranya  sendiri dengan semboyan “Make America Great Again!”. 

Jika ingin cepat mengatasi pandemik ini, negara di dunia perlu kerja sama dalam  berbagai macam hal yang berkaitan dengan informasi pandemik. Mungkin data jam sepuluh  pagi di Itali dapat menjadi penolong untuk jam sepuluh malam di Indonesia. Jika ini benar benar terjadi, maka bukan hanya pamdemik COVID-19 yang dapat kita atasi, melainkan  masalah-masalah global lainnya seperti climate change pun dapat kita hadapi. 

Pandemik ini bukan melulu tentang keburukan, dengan adanya sosialisasi kesehatan besar-besaran di masyarakat, peningkatan kesadaran untuk menjaga kesehatan diri akan  semakin terbuka pada lapisan masyarakat. Semakin masyarakat sadar akan kesehatan, maka  semakin mudah menghadapi masalah kesehatan global yang lain. 

Peran ilmuwan pada masa pandemik ini sangat krusial sehingga kepercayaan dan  ketergantungan masyrakat terhadap ilmuwan dan sains akan semakin tinggi. Dengan  terpaparnya masyarakat dengan sains, memungkinakan peminatan terhadap sains juga  meningkat, sehingga mempercepat laju alur kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Banyak sekali harga yang harus dibayar dalam masa pandemik ini. Keputusan semua  lapisan masyarakat dunia dan para pemimpin negara di dunia mungkin saja mengubah wajah  dunia yang kemarin kita kenal. Untuk cepat menyelesaikan masalah ini, diperlukan kesadaran  global antar negara untuk bekerja sama dan saling berbagi informasi. Jika hal ini benar-benar  terjadi, menghadapi masalah global lainnya bukan hal yang menakutkan seperti yang hari ini terjadi.

Penulis

Ihsan Nurkhotib

Referensi

1 Katy Watson, Brazil’s Bolsonaro in denial and out on a limb,

https://www.bbc.com/news/world-latin-america 52080830 

2 Al Jazeera News, Trump defends calling coronavirus the ‘Chinese virus’

https://www.aljazeera.com/programmes/newsfeed/2020/03/trump-defends-calling coronavirus-chinese-virus-200323102618665.html

3 The Economist, After the disease, the debt,

https://www.economist.com/leaders/2020/04/23/after-the disease-the-debt 

4 Yuval Noah Harari, The world after coronavirus,

https://www.ft.com/content/19d90308-6858-11ea-a3c9- 1fe6fedcca75

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *